Kamis, 21 Maret 2013
TIPS MENANGKAL PORNOGRAFI
MIMPI RASULULLAH SAW
Pada suatu hari Rasulullah SAW sedang melakukan sholat subuh berjamaah dengan para sahabat. Selesai sholat beliau membalikkan badannya menghadap para sahabat. Lalu beliau bertanya, "Siapakah diantara kalian yang tadi malam bermimpi?" Para sahabat terdiam dan saling pandang satu sama lain. Rasulullah pun paham bahwa diantara para sahabatnya tidak seorang pun yang bermimpi malam itu. "Kalian tidak ada yang bermimpi?" tanya Rasulullah, "Kalau aku tadi malam bermimpi…."
Rasulullah mulai menceritakan mimpinya kepada para sahabat, "Dalam mimpiku aku melihat dua orang laki-laki yang datang menemuiku dan menjabat tanganku, lalu membawaku pergi ke suatu tempat. Di situ aku melihat ada seseorang sedang duduk, dihadapannya berdiri seorang laki-laki yang membawa sebuah pengait besi yang tajam ujungnya. Tiba-tiba orang itu menghujamkan pengait besi yang dipegangnya ke rahang kanan orang yang duduk hingga menembus tengkuknya, orang itu pun menjerit kesakitan. Orang yang berdiri mencabut pengait besi dari rahang kanan orang yang duduk dan rahangnya pun pulih kembali. Saat itu pengait besi kembali dihujamkan, kali ini ke rahang kiri orang yang duduk hingga menembus tengkuk. Kejadian itu berulang kali dilakukan, hingga aku bertanya, "Apakah ini?" Kedua orang laki-laki yang membawaku menjawab, "Teruslah berjalan".
Aku pun terus berjalan hingga aku melihat orang yang berbaring telentang di atas tanah dan orang laki-laki berdiri di sisi kepalanya membawa sebuah batu besar. Laki-laki yang berdiri menghantamkan batu besar ke arah kepala orang yang telentang hingga hancur, sedangkan batu menggelinding jauh. Laki-laki itu mengambil batu besar dan ketika kembali, kepala orang yang telentang telah pulih seperti sediakala. Batu besar kembali dihantamkan oleh laki-laki yang berdiri di kepala orang yang telentang, begitu seterusnya. Aku bertanya, "Pemandangan apakah ini?" Kedua orang laki-laki yang membawaku menjawab, "Teruslah berjalan".
Mereka mengajakku terus berjalan hingga melewati sebuah lubang mirip dengan tungku, atasnya sempit bawahnya lebar, sementara api menyala di bawah lubang itu. Di dalamnya terdapat orang-orang laki-laki dan perempuan yang telanjang. Setiap kali nyala api membesar, orang-orang yang ada di dalamnya terangkat ke atas seakan-akan mereka hendak terlempar keluar. Ketika nyala api mulai mengecil mereka berjatuhan ke dasar lubang. Aku pun berntanya, "Siapakah mereka?" Kedua laki-laki yang membawaku menjawab, "Teruslah berjalan".
Perjalanan pun aku lanjutkan hingga tiba di sebuah sungai, namun yang mengalir di sungai itu bukanlah air tetapi darah dan ada seseorang yang berkubang di tengahnya. Di pinggir sungai ada laki-laki yang berdiri membawa sejumlah batu. Ketika orang yang berkubang di tengah sungai hendak menepi, laki-laki yang berdiri di pinggir sungai menghujani dengan lemparan batu hingga wajah orang itu hancur bersimbah darah. Setiap kali orang yang berkubang di tengah sungai berusaha keluar dari sungai, laki-laki itu melempari dengan batu hingga ia kembali ke tempatnya semula di tengah sungai. Aku bertanya, "Siapa ini?" Kedua laki-laki yang membawaku menjawab, "Teruslah berjalan".
Maka aku pun meneruskan perjalanan hingga tiba di sebuah kebun hijau lebat yang indah dan di dalamnya terdapat sebuah pohon yang sangat besar. Di bawahnya ada seorang laki-laki tua sedang bermain dengan anak-anak kecil dan seorang laki-laki yang sedang menyalakan api. Belum sempat aku bertanya, kedua orang yang bersamaku membawaku naik ke atas pohon lalu mengajakku masuk ke dalam rumah terindah yang pernah kulihat. Di dalam rumah itu ada sejumlah orang tua, pemuda, perempuan dan anak-anak. Kedua orang itu membawaku keluar dari rumah lalu naik lebih tinggi lagi ke atas pohon dan memasuki sebuah rumah yang lebih indah dari rumah sebelumnya. Di dalamnya ada sejumlah orang tua dan anak-anak muda.
Saat itu aku kembali bertanya, "Kalian telah membawaku berkeliling sepanjang malam dengan sederet kejadian yang telah aku lihat. Sekarang jelaskan padaku apa arti semua itu?" Kedua orang itu berkata, "Baiklah. Orang yang kau lihat rahangnya ditusuk dengan pengait besi, dia adalah seorang pembohong dan selalu berkata bohong hingga kebohongannya tersebar dimana-mana. Maka ia akan dihukum seperti itu."
"Orang yang kau lihat kepalanya dihancurkan dengan batu besar adalah orang yang telah diberi oleh Allah pengetahuan Al-Qur'an tetapi ia tidur sepanjang malam, tidak pernah mau membacanya. Sehingga perbuatannya di dunia tidak didasarkan atas pengetahuan Al-Qur'an yang telah dimilikinya. Maka ia kelak akan disiksa seperti itu".
"Sementara orang yang kau lihat berada di dalam lubang seperti tungku adalah orang-orang yang semasa hidupnya melakukan perbuatan zina. Sedangkan orang yang berkubang di sungai darah adalah orang-orang yang memakan riba".
"Orang yang kau lihat duduk di bawah pohon bermain dengan anak-anak kecil adalah Nabiyullah Ibrahim, sedangkan anak-anak kecil itu adalah anak-anak yang meninggal dunia sebelum aqil baligh. Lalu orang yang menyalakan api itu adalah Malaikat Malik penjaga neraka. Adapun rumah pertama yang kau masuki adalah rumah di surga untuk orang-orang yang beriman pada umumnya. Sedangkan rumah kedua yang kau masuki adalah rumah di surga untuk orang-orang yang mati syahid. Aku adalah Jibril dan ini adalah Mikail. Sekarang lihatlah keatas"
"Aku melihat keatas ada sesuatu seperti awan diatasku". Mereka berkata, "Disitulah istanamu wahai Muhammad". Aku berkata, "Ijinkan aku masuk ke istanaku". Mereka menjawab, "Tidak bisa. Karena masih ada sisa umurmu di dunia. Jika kau telah menghabiskan sisa umurmu, baru kau akan masuk ke istanamu".
Mimpi Rasulullah SAW adalah wahyu. Cerita diatas bukan hanya sekedar mimpi seperti yang dialami oleh manusia pada umumnya. Akan tetapi suatu pengalaman nyata yang ditunjukkan oleh Allah kepada RasulNya, agar Sang Rasul memberikan peringatan kepada umatnya. Sebagai umat Rasulullah SAW hendaknya kita dapat mengambil suatu pelajaran, sehingga kita lebih berhati-hati dalam berbuat dan berucap agar kelak tidak terkena siksa seperti yang telah ceritakan oleh Rasulullah SAW dalam mimpinya.//**
Maraji: Bukhari Kitabul Janaiz
PENGARUH TV MANUAL DAN TV INTERNET
TV DAN TV INTERNET - Televisi memang bukan kotak Pandora penyebar wabah dan teror di muka bumi ala mitologi Yunani. Tapi, efek televisi, mungkin hanya bisa dikalahkan oleh kotak pandora. Para ilmuwan komunikasi tak melihat televisi sebatas alat menghibur diri bagi keluarga. Persoalannya menjadi lebih kompleks, dari sekadar tertawa melihat film kartun atau turut mengharu biru seperti kisah sinetron. Sekarang selain TV, juga ada varian baru TV Internet, TV digital dengan perkembangan jaman perubahan itu mulai terjadi.
Tahukah Anda, televisi pelan tapi pasti mengambil peran guru di sekolah dan orangtua di rumah dalam hal menanamkan nilai dan pembentukan karakter, percaya atau tidak. Komisi Nasional Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dalam penelitiannya menyebut, anak-anak menyaksikan televisi sekitar 5,8 jam sehari. Bila hari Sabtu dan Minggu, kuantitasnya bertambah menjadi 8 jam.
Padahal, tak semua yang ditayangkan televisi bisa memberikan hal yang bermanfaat. Alih-alih pendidikan, yang didapat justru anak-anak kita menjadi agresif, konsumeris, bahkan dewasa sebelum waktunya. Sebab, pada dasarnya industri penyiaran adalah sama halnya industri lainnya, mereka mengejar laba. Bedanya, mereka mengejar laba di frekuensi yang dimiliki publik, yang bisa saja gratisan. Namun untuk membiayai ongkos produksi mereka mengikuti selera pasar.
Selera pasar ini bisa diraba dari lembaga survei yang memberi peringkat suatu acara, semisal AC Nielsen. Bila film – misalnya Panji Tengkorak — yang dipenuhi adegan kekerasan dan pemain berkostum seksi, laris manis. Selalu nangkring di papan atas AC Nielsen, maka stasiun televisi terus memproduksi film atau sinetron sejenis, dengan berbagai varian. Sialnya lagi, selera masyarakat mirip-mirip, sehingga anak-anak kita tercinta tak diberi alternative yang memadai, untuk nonton film atau tayangan yang sehat.
Imbasnya mudah ditebak. Dalam teori komunikasi, dikenal adanya media exposure ¬atau teori terpaan media. Semakin sering manusia terpapar televisi mereka akan menyerap nilai lalu bertingkah laku seperti yang diajarkan televisi. Sadar atau tidak televisi menjadi semacam trend setter. Televisi adalah tempat hiperealitas, di mana fakta, khayalan, imajinasi, rayuan, direkonstruksi seolah-olah adalah realitas yang harus dianut dan ditiru dalam kegiatan sehari-hari.
Film-film kekerasan dan sinetron membuat nilai dalam keluarga tergerus sedikit demi sedikit. Kekerasan-kekerasan fisik dalam televisi yang dipadukan dengan kekerasan simbolik dalam bentuk kata, membuat seseorang meyakini televisi adalah kebenaran. Parahnya lagi, di sekolah anak-anak yang terkontaminasi ini, ingin menunjukkan diri mereka sebagai pusat perhatian, karena tidak ketinggalan zaman – sebagaimana televisi mendidik mereka.
Akibatnya, anak-anak yang mereka anggap ketinggalan zaman menjadi sasaran empuk perploncoan. Mereka yang ingin unjuk kekuatan pada akhirnya mencari pelampiasan dengan tawuran. Toh, sejatinya, manusia bukanlah khalayak pasif – dalam teori jarum suntik ilmu komunikasi. Manusia sebenarnya bukanlah makhluk yang pasrah menerima pengajaran dari televisi. Sebab pada dasarnya manusia memiliki kemampuan untuk memilih dan memilah, apa yang menjadi keyakinan mereka benar.
Namun, proses pemilihan dan pemilahan ini, di kognitif atau alam pikiran manusia harus dibekali terlebih dahulu dengan filter atau penyaring. Penyaring inilah yang disebut nilai atau norma, atau juga adab. Norma atau nilai biasanya telah ditanamkan dalam sekeluarga secara turun temurun, dalam bentuk pelajaran mengenai kejujuran, keadilan, tenggang rasa, saling menyayangi, damai, hingga toleransi. Sementara, agama memberi landasan yang kuat, dalam bentuk segala kebaikan atau amal saleh berbuah surge di hari kemudian.
Maka itu, anak-anak kita tercinta bisa dijauhkan dari kekerasan sepanjang orangtua terus menanamkan nilai. Anak-anak diberi hikmah untuk memilih dan memilah mana yang baik dari televisi. Walhasil, menjadi sangat penting, bahwa anak-anak harus didampingi saat menonton. Agar mereka tahu mana yang pantas ditiru atau diabaikan, dan mana acara yang pas untuk usia mereka.
Sesibuk apapun orangtua harus mengawasi apa yang disaksikan anak-anak, juga membatasi jam menonton, dengan menggantinya dengan berkomunikasi yang hangat dengan keluarga. Mencipatakan berbagai kegiatan positif dalam keluarga, berdiskusi atau memberi problem yang harus dipecahkan oleh mereka.
Di hari libur, anak-anak didorong untuk melakukan kegiatan luar ruangan dengan kawan-kawan mereka. Agar saraf motorik mereka bekerja, hingga mereka menjadi lebih kreatif dan memiliki hubungan manusia yang baik antara satu sama lain. Tidak menjadi anak yang egois, karena tidak pernah melakukan kehidupan sosial dengan kawan-kawan mereka. Setidaknya itulah cara menghilangkan kekerasan dari rumah kita, yang turut berkontribusi mengurangi kekerasan di sekolah atau di area publik. Dengan begitupula, televisi tak lagi jadi kotak pandora. TV Internet bisa jadi tambahan baru bagi para orang tua untuk meningkatkan pengawasannya terhadap tontonan anak-anak.
Sumber : Nuansa Online