MAKASSAR – Panglima Kodam VII Wirabuana Mayjen TNI Agus Surya Bakti mengajak Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) menangkal radikalisme dan terorisme yang akhir-akhir ini merebak begitu cepat. Menurutnya, dua hal menjadi penyebab banyaknya anak muda yang terperangkap radikalisasi.
“Pertama, kran demokrasi dan HAM yang terlalu dibuka lebar. Kedua, dunia maya turut berperan dalam memengaruhi masyarakat kita. Paham (radikalisme) itu tidak diedarkan secara face to face, tetapi melalui internet,” kata Agus saat menerima kunjungan silaturrahim Pengurus LDII Sulawesi Selatan di Markas Kodam VII Wirabuana, Jalan Perintis Kemerdekaan, Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (26/11/2015) siang.
Sebelumnya diberitakan, Kodam VII Wirabuana dan LDII Sulawesi Selatan menggelar kerjasama diklat bela negara di Rindam VII Wirabuana, Pakkatto, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Senin (23/11/2015) hingga Jumat (27/11/2015). Diklat tersebut diikuti 170 kader LDII se-Sulawesi.
Pangdam mengatakan, misi TNI memotivasi masyarakat agar cinta tanah air adalah bagian dari dakwah. Selain itu, pihaknya meminta, kader bela negara LDII yang telah dilatih di Rindam menjalin komunikasi dengan pihak kodim di wilayah masing-masing. “Saya minta kader-kader LDII itu berkoordinasi dengan kodim. Mereka adalah mitra kita (TNI) di daerah,” kata Mayjen Agus.
Lebih lanjut, pihaknya menyetujui pemahaman LDII terkait keislaman dalam hubungannya dengan keindonesiaan. “Saya setuju istilah islam Indonesia. Dalam hal ini, orang Indonesia yang beragama islam. Beda hanya dengan orang islam yang tinggal di Indonesia,” katanya.
Jenderal bintang dua ini berujar, sebenarnya islam tidaklah identik dengan kekerasan. “LDII memberi pemahaman kepada masyarakat tentang islam. Umat islam itu santun. Islam itu rahmatan lil alamin. Tidak satu pun yang mengajarkan kekerasan,” ucap direktur deradikalisasi BNPT ini.
Sementara itu, Ketua LDII Sulawesi Selatan Hidayat Nahwi Rasul mengatakan, untuk menangkal radikalisme dikalangan pemuda, LDII memiliki 3 program. “Pertama menjadikan anak muda kita paham agama. Kedua, menjadikan anak muda berakhlakul karimah. Ketiga mendorong kemandirian,” ujarnya. (*)
0 komentar:
Posting Komentar